KTI (MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR, HIPOTESIS DAN MENENTUKAN VARIABEL PENELITIAN)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
MASALAH
Merumuskan masalah adalah suatu cara merumuskan
judul selengkapnya. Sebelum seorang peneliti memulai kegiatannya, harus diawali
dengan membuat rancangan terlebih dahulu. Rancangan tersebut diberi nama desain
penelitian atau dengan kata lain proposal penelitian. Desain (design)
penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat peneliti, sebagai
ancar-ancar kegiatan yang dilaksanakan. Maka harus membuat proposal atau usulan
secara lengkap. Setelah peneliti menjelaskan permasalahan secara jelas, yang
dipikirkan selanjutnya adalah suatu gagasan tentang letak persoalan atau
masalahnya tersebut, diberi asumsi dasar atau anggapan dasar. Anggapan dasar
ini merupakan landasan teori di dalam peloporan hasil penelitian nanti.
Hipotesis
merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan
utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya : Pertama, Hipotesis dapat
dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori
yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya,
sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar
atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk
memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri.
Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya
dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan
mengujinya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Pentingnya
anggapan dasar dan kajian pustaka dalam menyusun karya ilmiah menjadi hal pokok
yang perlu untuk dipelajari, oleh karena itu melalui karya tulis ini penyusun mencoba
untuk menjabarkan hal-hal yang perlu diketahui mengenai pengertian, manfaat,
perumusan, dan penulisan sebuah karya ilmiah.
1.3 TUJUAN
Tujuan
merupakan target yang hendak dicapai dalam melakukan suatu kegiatan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan daripada penulisan makalah ini
antara lain:
a)
Untuk mengetahui kajian teknis cara
merumuskan anggapan dasar ;
b)
Untuk mengetahui kajian isi tentang
hipotesis;
c)
Untuk mengetahui cara menentukan
variabel penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR
2.1.1 Pengertian
Dalam hal ini
peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan
permasalahan yang sedang diteliti. Asumsi yang harus diberikan tersebut, diberi
nama asumsi dasar atau anggapan dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan
teori di dalam pelaporan hasil penelitian.
Menurut Prof.
Dr. Winarno Surakhmad M. Sc. Ed. anggapan dasar atau postulat merupakan
sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik, dimana
setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik
yang mungkin meragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima
sebagai suatu kebenaran.
Dalam melakukan
penelitian anggapan-anggapan dasar perlu dirumuskan secara jelas sebelum
melangkah mengumpulkan data. Anggapan-anggapan seperti ini yang disebut sebagai
anggapan dasar, postulat atau asumsi dasar.
2.1.2 Cara
Menentukan Anggapan Dasar
Seseorang yang
masih merasa ragu terhadap suatu hal tentu saja tidak dapat dengan pasti
menentukan anggapan bagi hal tersebut. Bagaimana agar kita bisa tahu kebenaran
tentang suatu keadaan ? diantaranya :
1.
Dengan banyak
membaca buku, surat kabar atau berita lain
Dalam hal ini
Prof. Drs. Sutrisno Hadi, M. A. mengklasifikasikan bahan pustaka atau sumber
acuan menjadi dua kelompok yaitu :
a)
Sumber umum : buku teks,
ensiklopedi dan sebagainya.
b)
Sumber acuan
khusus : buletin, jurnal,
periodikan (majalah
-majalah yang terbit secara periodik).
Dari sumber acuan
umum dapat diperoleh teori-teori dan konsep dasar, sedang dari sumber acuan
khusus dapat dicari penemuan-penemuan atau hasil penelitian yang sudah dan
sedang dilaksanakan
2.
Dengan banyak
menonton berita, ceramah dan pembicaraan orang lain
3.
Dengan banyak
berkunjung ketempat
4.
Dengan mengadakan
pendugaan mengabstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya
Dengan singkat
dapat dikatakan bahwa asumsi dasar, postulat atau anggapan dasar harus
didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peneliti. Sebagai bahan
pendukung anggapan dasar, peneliti perlu melakukan studi perpustakaan untuk
mengumpulkan teori-teori dari buku maupun penemuan dari penelitian. Apa yang
sudah dibaca sebaiknya langsung dicatat pada kartu, cara ini disebut dengan
istilah pencatatan dengan sistem kartu. Bahan-bahan yang sudah dibaca,
dituliskan pada sebuah kartu dengan topik subjek matter atas bagian dari
permasalahannya dimana pada setiap kartu dicantumkan sumber keterangan yang
diambil agar tidak ada kesulitan apabila buku pinjaman atau sukar kembali
ditemukannya. Oleh karenanya penulisannya harus lengkap agar tidak perlu
membuka buku sumbernya lagi.
Kartu yang
digunakan dapat dibuat dari kertas manila berwarna. Untuk masalah yang sama dapat
digunakan kartu yang sewarna. Ukuran kartu dapat dibuat sesuai kehendak
misalnya 15 x 10 cm. kartu-kartu yang sudah diisi disusun sesuai abjad dalam
sebuah kotak sehingga memudahkan penelitian dalam membandingkan, mengelompokkan
dan menelaah kembali bahan-bahan tersebut.
Merumuskan
suatu anggapan dasar bukan pekerjan yang mudah, tapi ini membutuhkan suatu
pemikiran, renungan dan analisis masalah, sehingga dapat bisa dianggap sukar
bagi siapa saja. Untuk melakukan hal ini diperlukan latihan, membiasakan dan
banyak menyimak.
2.2 MERUMUSKAN HIPOTESIS
2.2.1 Pengertian
Agar dapat
lebih mudah dipahami, pengertian ini perlu dikutipkan pendapat Drs. Sutrisno
Hadi M.A. tentang pemecahan masalah. Seringkali peneliti tidak dapat memecahkan
permasalahannya hanya dalam sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan
bertahap degan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannnya
melalui penelitian yang dilakukan.
Jawaban
terhadap permasalahn ini dibedakan atas dua hal sesuai dengan taraf
pencapaiannya yaitu :
1.
Jawaban
permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoritik, dicapai melalui membaca.
2.
Jawaban
permasalahn yang berupa kebenaran pada taraf praktek, dicapai setelah
penelitian selesai yaitu setelah pengolahan terhadap data.
Sehubungan
dengan pembatasan pengertian tersebut, maka hipotesis dapat diartikan sebagai
satu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahn penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis berasal dari dua penggalan kata
“hipo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya
“kebenaran” jadi hipotesis yang kemudian cara penelitian disesuaikan dengan
ejaan bahasa indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Apabila
peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta
menetapkan anggapan dasar, kemudian membuat suatu teori sementara yang
kebenaranya masih perlu diuji. Peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya itu
dapat diuji. Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk
membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji
apakah hipotesis dapat dirumuskan dapat naik status menjadi tesa atau
sebaliknya.
Hal yang perlu
diperhatikan oleh peneliti adalah peneliti tidak boleh mempunyai keinginan kuat
agar hipotesisnya terbukti dengan cara mengumpulkan data yang hanya bisa
membantu memenuhi keinginannya atau memanipulasi data sehingga mengarah pada
keterbuktian hipotesis. Penelitian harus bersikap objektif terhadap data yang
terkumpul. Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap
dua hal :
1.
Menerima
keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti ( pada
akhir penelitian ).
2.
Mengganti
hipotesis seandainya melihat tanda – tanda bahwa data yang terkumpul tidak
mendukung terbuktinya hipotesis ( pada saat penelitian perlangsung ).
3.
Apabila
peneliti mengambil hak kedua, maka di dalam laporan penelitian harus dituliskan
proses penggantian ini. Dengan demikian peneliti telah bertindak jujur dan
tegas, sesuatu yang memang diharapkan dari seorang peneliti.
Bagaimana
mengetahui kedudukan suatu hipotesis ?
1.
Perlu diuji
apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan variabel
akibat.
2.
Adanya data
yang menunjukkan bahwa akibat yang ada memang ditimbulkan oleh penyebab itu.
3.
Adanya daat
yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat
tersebut.
Apabila katiga
hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan, mempunyai
kedudukan yang kuat dalam penelitian. Walaupun hipotesis sangat penting sebgai
pedoman kerja dalam penelitan, namun tidak semua penelitian harus
berorientasikan hipotesis. Jenis penelitian eksploratif, survei, atau kasus dan
penelitian development biasanya tidak berhipotesis.
Tujuan
peneliatian jenis ini untuk mempelajari tentang gejala sebanyak-banyaknya. Sehubungan
dengan hal ini, G.E.R. Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis
penting dilakukan bagi :
1.
penelitian
menghitung banyaknya sesuatu (magnetude)
2.
penelitian
tentang perbedaan (diferensies)
3.
penelitian
hubungan (relationship)
Ahli lain yaitu
deobolt van dalen mengutarakan adanya tiga bentuk interelationship
studies yang termasuk penelitian hipotesis yaitu :
a.
Case Studies
b.
Causal
Coparative Studies
c.
Corelations
Studies
2.2.2 Jenis-Jenis
Hipotesis
Hipotesis
merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam peneliti. Oleh
karena itu peneliti dituntut untuk dapat merumuskan hipotesis dengan jelas. Ada
dua jenis hipotesis yang digunakan dalan penelitian :
1.
Hipotesis Kerja
atau Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis kerja
menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, adanya perbedaan antara dua
kelompok.
Rumus hipotesis kerja ;
a.
Jika ………………….,
maka ……………
b.
Ada perbedaan
antara ………….. dan ………………
c.
Ada pengaruh ……………..
terhadap ……………….
2.
Hipotesis nol
( null hipotesis ) disingkat Ho
Hipotesis nol
disebut juga hipotesis statistik karena biasanya dipakai dalam penelitian yang
bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol
menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh
variabel X dan variabel Y. dengan kata lain selisih variabel pertama dan kedua
adalah nol atau nihil.
Rumusan hipotesis nol :
a.
Tidak ada
perbedaan antara …………… dengan ………….
b.
Tidak ada
pengaruh …………………… terhadap ………….
Dalam
pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi (Ho) agar peneliti tidak
mempunyai prasangka. Peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh pernyataan
ha. Kemudian dikembangkan lagi ke ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis.
2.2.3 Kekelirun
yang Terjadi dalam Pengujian Hipotesis
Hipotesis perlu
dilakukan secara hati-hati setelah peneliti memperoleh bahan yang lengkap berdasarkan
landasan teori yang kuat, sebab dalam merumuskan hipotesis tidak selamanya
benar.
Benar atau
tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti atau tidaknya
hipotesis tersebut. Mungkin seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya
benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata hipotesis tersebut
ditolak atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah
hipotesis yang salah tetapi setelah dicocokkan dengan datanya hipotesis yang
salah tersebut terbukti.
Keadaan ini
akan berbahaya, apabila mengenai hipotesis tentang sesuatu yang berbahaya. Contoh
: Belajar tidak mempengaruhi prestasi. Dari data yang terkumpul, memang
ternyata anak-anak yang tidak belajar dapat lulus. Maka ditarik kesimpulan
bahwa hipotesis tersebut terbukti.
Menurut norma
umum kesimpulan ini salah, tapi menurut pembuktin hipotesis mungkin benar.
Akibatnya bisa berbahaya apabila disimpulkan oleh siswa atau mahasiswa
bahwa tidak ada gunanya mereka belajar. Dalam hal lain dapat terjadi perumusan
hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan, apabila
terjadi hal seperti itu tidak boleh menyalahkan hipotesisnya.
Kesalahan
penarikan kesimpulan mungkin disebabkan karena kesalahan sampel, kesalahan
perhitungan ada pada variabel lain yang mengubah hubungan antara variabel
belajar dan variabel prestasi yang pada saat pengujian hipotesis ikut berperan.
2.2.4 Cara
Menguji Hipotesis
Di dalam
menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka Hipotesis Alternatif (Ha)
diubah menjadi Hipotesis nol (Ho).untuk keerluan ini dicontohkanpenerapannya
pada sebuah populasi berdistribusi normal, yang digambarkan dengan grafik
seperti dibawah.
Dengan asumsi
bahwa populasi tergambar dalam kurva normal. Sehingga jika kita menentukan
taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat 2 daerah
kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 21,2 %.
Penjelasan mengenai masalah ini lebih lanjut akan diberikan pada langkah
penarikan kesimpulan.
Daerah kritik
merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan disebut daerah
signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah kritis, yang
diarsir, dinamakan daerah penerimaan hiptesis, atau daerah non signifikansi.
2.2.5 Penelitian
Tanpa Hipotesis
Apakah semua
penelitian harus berhipoteis?. Ada dua alternatif jawaban dan masing-masing
mendasarkan diri pada argumentasi yang kuat.
Pendapat pertama
mengatakan, semua penelitian pasti berhipoteis. Semua peneliti diharapkan
menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang
diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban peneitian juga harus ada, dan
butir-butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian.
Pendapat kedua
mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika dipermasalahkan menunjukkan hubungan
antara dua variable atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya
deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya
masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak
mungkin dihipotesiskan.
Berdasarkan
pendapat kedua ini mungkin sekali dalam sebuah penelitian, banyak hipotesis
tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin
problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan
hipotesis , tetapi probematika nomor 3 dihipotesiskan.
2.3 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila
kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud
menggenerelisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang
berlaku bagi populasi.
Penelitian
sampel boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen.
Apabila subjek populasi tidak homogen, maka kesimpulan tidak boleh diberlakukan
bagi seluruh populasi.
Beberapa
keuntungan jika kita mengunakan sampel :
1.
Karena subjek
pada sampellebih sedikit dibandingkan denganpopulasi, maka kerepotannya tentu
kurang.
2.
Apabila
populasi terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati.
3.
Dengan
penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti ruang, waktu, dan
tenaga).
4.
Adakalanya
dengan penelitian populasi berarti deskruktif (merusak).
5.
Ada bahaya bias
dari orang yang mengumpulkan data. Karena subjeknya banyak, petugas pengumpul
data menjadi lelah, sehingga pencatatannya bisa menjadi tidak teliti.
6.
Adakalanya
memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian populasi.
Bagaimana cara
mengambil sampel? Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh sampel atau contoh yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh,
atau dapat mengambarkan keadaan populsi yang sebenarnya. Dengan kata lain
sampel harus representatif. Adapun cara-cara pengambilan sampel penelitian ini
dapat dilakukan sebagai berikut :
1.
Sampel Random
atau Sampel Acak
Dalam teknik
ini peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek
dianggap sama. Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek
untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel.
Di dalam
pengambilan sampel biasanya peneliti sudah menentukan terlebih dahulu besarnya
jumlah sampel yang paling baik. Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika
jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10 s.d. 15 % atau 20 s.d. 25 %
atau lebih, tergantung dari :
a.
Kemampuan peneliti
dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b.
Sempit luasnya
wilayah pengamatan dan subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya
data.
c.
Besar kecilnya
resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar,
tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Agar diperoleh
hasil penelitian yang baik, diperlukan sampel yang baik pula yakni betul-betul
mencermikan populasi. Supaya perolehan sampel lebih akurat, diperlukan
rumus-rumus penentuan besarnya sampel antara lain :
1.
Dengan rumus Jacob
Cohen :
Untuk
mempermudah dalam mengikuti uraian, maka akan diambil misala kita mempunyai
populasi sebanyak 1000 orang dan sampelnya kita tentukan 200 orang. Setelah
seluruh subjek diberi nomor, yaitu nomor 1 sampai dengan 1000, maka sampel ramdom
kira lakukan dengan salah satu cara di bawah ini.
a.
Undian
( untung-untungan )
Pada kertas
kecil kita tuliskan nomor subjek, satu nomor untuk setiap kertas kemudian
kertas ini kita gulung. Sehingga nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas
yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek penelitian kita.
b.
Ordinal ( tingkat sama )
Setelah 1000
orang subjek kita beri nomor, kita membuat 5 gulungan kertas dengan nomor 1, 2,
3, 4, 5. kita ambil satunya, setelah dibuka tertera angka 3. oleh karena sampel
kita 200 padahal populasinya 1000 maka besarnya sampel seperlima dari populasi.
Demikianlah maka kita ambil nomor dengan melompat setiap 5 subjek mulai dari
nomor 3, 8, 13, 18, 23 dan seterusnya, dan kalau kita sampai nomor terbawah
padahal belum diperoleh 200 subjek, kita kembali ke atas lagi. Nomor-nomor yang
terambil itulah nomor subjek sampel penelitian kita.
c.
Menggunakan
tabel bilangan ramdom
Dalam buku
statistik bagian belakang, halaman yang memuat angka-angka yang disusun secara
acak. Agar pengambilan sampel terlepas dari perasaan subjektif, sebaiknya
peneliti menuliskan langkah-langkah yang akan diambil, misalnya :
1)
Menjatuhkan
ujung pensil, untuk menemukan nomor baru
2)
Menjatuhkan
ujung pensil kedua, untuk menemukan nomor kolom. Pertemuan antara baris dan
kolom inilah nomor subjek ke 1 dan seterusnya sampai diperoleh jumlah subjek
yang dikehendaki.
Jika jumlah
subjeknya banyak, kita dapat mengulang langkah yang sudah dilakukan.
Pengambilan sampel dengan cara ramdom ini dapat dilakukan apabila keadaan populasi
memang homogen. Bagi populasi yang tidak homogen perlu mempertimbangkan
ciri-ciri yang ada.
2. Sampel Berstrata atau Stratified Sampel
Penentuan
strata penelitian harus dilakukan secara hati-hati karena dapat berakibat
menyinggung perasaan.
Contoh : strata kekayaan, Kelompok 1 sangat kaya, kelompok II
sedang, kelompok III miskin. Dalam hal ini kekayaan tidak perlu ditinjau dari
tingkatannya, tetapi keadaan kepemilikan harta benda, sehingga di dalam
sampling kita kategorikan sebagai cluster sampling, yaitu sampel yang
diambil berdasarkan kelompok.
3.
Sampel Wilayah
atau Area Probability Sample
Sampel wilayah
adalah teknik sampling yang dikaukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah
yang terdapat dalam populasi.
Misal kita akan
meneliti keberhasilan Kb. diseluruh wilayah indonesia, dan masing-masing
berbeda keadaan, maka kita mengambil sampel satu wilayah dari seluruh wilayah
indonesia, sehingga hasilnya mencerminkan keberhasilan kb. di seluruh
indonesia.
4.
Sampel Proporsi
atau Proporsional Sampel
Teknik
pengambilan sampel ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel
berstrata atau sampel wilyah. untuk memperoleh sampel yang repesentatif,
pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah sebanding dengan
banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah. Contoh, Mahasiswa
tingkat I : 500 oarang, tingkat II : 200 orang, tingkat III : 200 orang,
tingkat IV : 150 orang, tingkat V : 100 orang, maka pengambilan sampelnya untuk
tingkat I sebanyak 21 kali tingkat II dan 5 kali tingkat V.
Pada umumnya
teknik dalam pengambilan sampel penelitian memang tidak tunggal, tetapi
gabungan dari 2 atau 3 teknik. Misalnya pengambilan sampel dari mahasiswa
tingkat I sebanyak 50 dari 500 orang dilakukan dengan acak, demikian juga dari
tingkatan-tingkatan lain, maka sudah 3 teknik yang digunakan, yakni berstrata,
proporsi, dan acak. Teknik pengambilan sampel seperti ini disebut stratifiled
proportional random sampling.
5.
Sampel
Bertujuan atau Purposive Sampling
Sampel
dilakukan dengan cara mengambil subjek dengan tujuan tertentu. Teknik ini
dilakukan karena didasari beberapa pertimbangan, misanya alasan keterbatasan
waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan
jauh. Adapun syarat- syarat pengambilan sampel diantaranya :
a.
Pengambilan
sampel harus dilakukan atas cirri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik
tertentu, yang merupakan cirri-ciri pokok populasi.
b.
Subjek yang
diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang peling banyak
mengandung cirri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis).
c.
Penentuan
karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
Pengambilan
sampel dengan teknik bertujuan cukup baik, karena sesuai dengan pertimbangan
peneliti sendiri sehingga dapat mewakili populasi.
Kelemahannya
adalah bahwa peneliti tidak dapat menggunakan statistik parametik sebagai
teknik analisis data, karena tidak memenuhi persyaratan random.
Keuntungannya terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai
dengan variabel yang diteliti.
Menurut
pendapat maher dkk. (1997; 21-23), seorang manajer profesional harus memiliki
kemampuan manajemen akuntansi sekurang-kurangnya tiga hal :
1)
Menjaga dan
mempertahankan kemampuan profesionalnya dengan cara selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
2)
Menunjukkan
kemampuannya dalam mengikuti segala persyaratan, ketentuan, serta standar
teknikal yang berlaku dan relevan dengan bidangnya.
3)
Menyiapkan dan
membuat laporan serta rekomendasi setelah melalui tahap analisis yang cermat.
6.
Sampel Kuota
atau Quota Sample
Teknik ini
dilakukan berdasarkan jumlah yang sudah ditentukan. Dalam mengumpulkan data,
peneliti menghubungkan subjek yang memenuhi persyaratan cirri-ciri populasi
tanpa menghiraukan asal subjek tersebut. Dalam hal ini yang dihubungkan adalah subjek
yang mudah ditemui, sehingga mempermudah dalam pengumpulan data. Yang perlu di
perhatikan adalah terpenuhinya jumlah yang telah ditetapkan.
7.
Sampel Kelompok
atau Cluster Sample
Dalam
menentukan jenis cluster atau kelompok harus mempertimbangkan cirri-ciri
yang ada. Seperti halnya di dalam masyarakat kita jumpai kelompok-kelompok yang
bukan merupakan kelas atau sastra. Seperti dalam masalah pendidikan kita jumpai
adanya kelompok sekolah SD, SLTP, SLTA. Kelompok-kelompok tersebut dapat
dipandang sebagai tingkatan atau sastra. Demikiaan juga adanya kelas atau
tingkat di masing-masing tingkatan sekolah.
8.
Sampel Kembar
atau Double Sample
Sampel kembar
merupakan dua buah sampel yang sekaligus diambil oleh peneliti dengan tujuan
untuk melengkapi jumlah apabila ada data yang tidak masuk dari sampel pertama,
atau untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran dari data sampel pertama.
Biasanya sampel pertama jumlahnya sangat besar sedangkan sampel kedua
digunakan untuk mengecek, dan jumlahnya tidak begitu besar.
2.4 MENENTUKAN VARIABEL PENELITIAN
Menurut catatan Desi Wulandari
dalam http://destiwd.blogspot.com, ia menjelaskan bahwa variabel adalah konsep
yang diberi lebih dari satu nilai. Setelah mengemukakan beberapa proposisi
berdasarkan konsep dan teori tertentu, peneliti perlu menemukan variabel
penelitian dan selanjutnya merumuskan hipotesa berdasarkan hubungan antar
variabel. Di samping berfungsi sebagai pembeda, variabel juga berkaitan dan
saling mempengaruhi satu sama lainnya. Bentuk variabel :
1.
Variabel diskrit, dinyatakan
dengan angka utuh hasil perhitungan.
2.
Variabel bersambungan, dapat dinyatakan
dalam angka pecahan hasil pengukuran.
Agar dapat dikelompokkan menjadi
satu variabel, dua atau lebih atribut tidak boleh ‘tumpang tindih’ (mutually
exclusive). Atribut dalam suatu variabel harus mencakup semua kemungkinan
yang ada dalam suatu variabel (exhaustive). Dalam penyusunan kuesioner,
atribut suatu variabel perlu diketahui secara lengkap. Contoh, merah dan putih
adalah dua dari sejumlah atribut dalam variabel warna.
2.4.1 Jenis Hubungan Antar
Variabel
2.4.1.1 Hubungan Simetris
Variabel yang tidak disebabkan
atau dipengaruhi oleh yang lainnya. Terdapat empat kelompok hubungan simetris :
1.
Kedua variabel merupakan
indikator sebuah konsep yang sama.
2.
Kedua variabel merupakan akibat
dari suatu faktor yang sama.
3.
Kedua variabel saling berkaitan
secara fungsional, dimana satu berada yang lainnya pun pasti disana.
4.
Hubungan yang kebetulan
semata-mata.
2.4.1.2 Hubungan Timbal Balik
Hubungan dimana suatu variabel
dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel lainnya. Variabel terpengaruh
dapat menjadi variabel pengaruh pada waktu lain. Contoh, variabel X
mempengaruhi variabel Y, pada waktu lainnya varaibel Y mempengaruh variabel X.
2.4.1.3 Hubungan Asimetris
Satu variabel mempengaruhi
variabel yang lainnya. Terdapa enam jenis hubungan asimetri :
1.
Hubungan antara stimulus dan
respons. Hubungan kausal yang umumnya dileliti dalam ilmu eksakta, psikologi
dan pendidikan. Prinsip selektivitas adalah data dasar yang memperhatikan bahwa
kedua kelompok sesungguhnya sama dalam keterbukaan terhadap pengaruh luar
sebelum mendapat stimulus.
2.
Hubungan antara disposisi dan
respons. Disposisi adalah kecendrungan untuk menunjukkan respons tertentu dalam
situasi tertentu yang berada dalam diri. Misal, hubungan kepercayaan dengan
kecendrungan makan obat tradisional.
3.
Hubungan antara ciri individu dan
disposisi atau tingkah laku. Cirinya yaitu sifat individu yang relatif tidak
berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan.
4.
Hubungan antara prakondisi yang
perlu dengan akibat tertentu. Misalnya, agar pedagang kecil dapat memperluas usaha
perlu persyaratan pinjaman bank yang lunak.
5.
Hubungan yang imanen antara dua
variabel. Bila variabel satu berubah maka variabel yang lainnya akan berubah.
6.
Hubungan antara tujuan dan cara.
Misal, kerja keras dan keberhasilan.
2.4.2 Berbagai Hubungan Asimetris
2.4.2.1 Hubungan Asimetris Dua
Variabel
Hubungan antara “variabel
pengaruh” dan “varaibel terpengaruh” akan disebut variabel pokok. Hubungan
keduanya merupakan titik pangkal analisa dalam ilmu sosial. Dalam ilmu sosial
hubungan tunggal antar satu variabel dengan variabel lainnya tidak pernah ada
dalam realita.
2.4.2.2 Hubungan Asimetris Tiga
Variabel
Pengaruh variabel ketiga dapat
“dikontrol” melalui sistem analisa maupun cara penentuan sampel. Menetralisasi
pengaruh variabel luar dengan memasukkannya sebagai variabel penguji dalam
analisa. Akal sehat, teori dan hasil empiris dari penelitian lain merupakan
pedoman untuk menentukan variabel kontrol dalam penelitian. Selain dengan
memasukkan variabel ketiga kedalam analisa, dapat juga mengontrol pengaruh
variabel luar melalui penentuan sampel.
1.
Variabel penekanan dan variabel
pengganggu
Dari hasil analisa awal
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antar dua variabel tetapi ketika variabel
kontrol dimasukkan, hubungan menjadi nampak. Variabel kontrol dalam kasus ini
disebut variabel penekan (suppressor variable).
Masuknya variabel ketiga dalam
analisa dua variabel dapat memberikan hasil yang berlawanan dengan hasil
analisa dua variabel saja. Variabel ketiga dalam kasus ini disebut variabel
pengganggu (distorter variable).
2.
Variabel antara
Segala sesuatu ada penyebabnya,
dan tidak begitu saja terjadi. Variabel antara jika masuknya variabel ini hubungan
statistik yang semula nampak antara dua variabel menjadi lemah. Karena hubungan
yang semula nampak antar kedua variabel pokok bukan suatu hubungan yang
langsung tetapi melalui variabel yang lain.
Untuk dapat menentukan diantara
tiga kelompok variabel terdapat variable antara, diperlukan tiga hubungan asimetris.
A dan B, B dan C, A dan C.
Menurut Davis dan Blake (1956)
variabel sosial budaya tidak dapat mempengaruhi fertilitas secara langsung tapi
melalui variabel antara dinamakan variabel Davis-Blake. Variabel
pengaruh dapat melalui variabel antara mempengaruhi variabel antara,
dapat secara langsung mempengaruhi variabel terpengaruh.
3.
Variabel anteseden
Hasil yang lebih mendalam dari
penelusuran hubungan kausal antar variabel. Dan mendahului variabel pengaruh.
|
Dalam realita, hubungan antar dua
variabel merupakan penggalan dari sebuah jalinan sebab akibat yang panjang.
Setiap usaha mencari jalinan yang lebih jauh seperti variabel anteseden akan
memperkaya pengertian tentang fenomena yang sedang diteliti.
Kerangka teori serta akal sehat
yang menentukan suatu variabel dapat dipertimbangkan sebagai variabel
anteseden. Untuk itu perlu tiga syarat yaitu :
1)
Ketiga variabel saling
berhubungan, variabel anteseden dan variabel pengaruh, variabel anteseden dan
variabel terpengaruh, variabel pengaruh dan variabel terpengaruh.
2)
Variabel anteseden dikontrol,
hubungan antar variabel pengaruh dan variabel terpengaruh tidak lenyap.
Variabel anteseden tidak mempengaruhi hubungan antar kedua variabel pokok.
3)
Variabel pengaruh dikontrol,
hubungan antar variabel anteseden dan variabel terpengaruh harus lenyap.
Hubungan antar variabel sosial
cukup kompleks. Tugas peneliti adalah mencari hubungan yang menarik dan
penting, yang menerangkan maslah yang diamati. Hubungan tersebut dikaitkan
dengan teori dan hasil penelitian orang lain, dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesa. Konsep pokok diukur dengan variabel yang diberi definisi khusus oleh
peneliti, agar dapat menguji hipotesa penelitian.
Penggolongan dan penyederhanaan
hubungan agar mudah dimengerti. Mempelajari masalah, hubungan dan memilih
variabel dapat menjelaskan hubungan sosial yang dianggap perlu diperhatikan.
Penelitian dari orang lain, pengamatan secara akal sehat, pedoman baik
menentukan variabel kontrol yang tepat.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 SIMPULAN
Dari hasil
pengkajian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.
Peneliti harus
dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahan yang
sedang diteliti. Asumsi yang harus diberikan tersebut, diberi nama asumsi dasar
atau anggapan dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam
pelaporan hasil penelitian.
2.
Menurut pendapat
Drs. Sutrisno Hadi M.A. tentang pemecahan masalah. Seringkali peneliti tidak
dapat memecahkan permasalahannya hanya dalam sekali jalan. Permasalahan itu
akan diselesaikan bertahap degan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
mencari jawabannnya melalui penelitian yang dilakukan.
3.
Penelitian
sampel boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen.
Apabila subjek populasi tidak homogen, maka kesimpulan tidak boleh diberlakukan
bagi seluruh populasi.
4.
Menurut catatan Desi Wulandari
dalam http://destiwd.blogspot.com, ia menjelaskan bahwa variabel adalah konsep
yang diberi lebih dari satu nilai. Setelah mengemukakan beberapa proposisi
berdasarkan konsep dan teori tertentu, peneliti perlu menemukan variabel
penelitian dan selanjutnya merumuskan hipotesa berdasarkan hubungan antar
variabel. Di samping berfungsi sebagai pembeda.
3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih
jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan
dapat dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah
yang telah di jelaskan.
0 Response to "KTI (MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR, HIPOTESIS DAN MENENTUKAN VARIABEL PENELITIAN)"
Post a Comment