Evaluasi Pembelajaran Membaca dan Menulis di Kelas-Kelas Rendah
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Evaluasi
merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai suatu
komponen, maka evaluasi tidak dapat dipisahkan dari komponen-kompenen yang
lain. Artinya setiap kali kegiatan itu diselenggarakan maka evaluasi juga
diadakan.
Salah
satu faktor penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran
yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor penting untuk efektifitas
pembelajaran adalah faktor evaluasi baik terhadap proses maupun hasil
pembelajaran. Evaluasi dapat mendorong siswa untuk giat belajar secara terus
menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan juga mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan
kualitas manajemen sekolah.
Sehubungan
dengan hal tersebut, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak
hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga dapat melakukan evaluasi dengan
baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih
dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar tetapi
juga perlu penilaian terhadap input, output, maupun kualitas proses
pembelajaran itu sendiri. Manfaat utama dari evaluasi adalah meningkatkan
kualitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatan kualitas
pendidikan.
Penilaian
belajar bukan hanya bersifat kognitif saja, tetapi juga mencakup semua potensi
yang ada pada anak didik. Keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari
aspek hasil belajar, sementara implementasi program pembelajaran di kelas atau
kualitas proses pembelajaran itu jarang tersentuh kegiatan penilaian.
Terutama
pada anak sekolah dasar kelas rendah, penilaian harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya dan dengan menggunakan teknik tertentu. Karena merupakan titik
awal bagi mereka untuk mencapai cita-citanya. Hal yang menjadi penilaian
mendasar adalah pada kegiatan membaca dan menulis.
Cara
penilaian untuk anak-anak kelas rendah sangat berbeda dengan anak yang telah
duduk di kelas tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan keterampilan khusus dalam
melakukan penilaian terhadap mereka.
Evaluasi
mau tidak mau menjadi hal yang penting dan sangat di butuhkan dalam proses
belajar mengajar, karena evaluasi dapat mengukur seberapa jauh kebehasilan anak
didik dalam menyerap materi yang di ajarkan, dengan evaluasi, maju dan
mundurnya kualitas pendidikan dapat di ketahui, dan dengan evaluasi pula, kita
dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk
berubah lebih baik kedepan.
Tanpa
evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan
tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik,maka dari
itu di makalah ini akan coba di bahas.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan menjadikan pendidikan ke depan
lebih baik dan libih maju dalam menyongsong kemajuan zaman gloobalisai
B. Kompetisi
Dasar
1. Mendeskripsikan
pengertian evaluasi dan hakikat evaluasi dalam pembelajaran.
2. Menyusun
dan penerapkan alat-alat evaluasi dalam pembelajaran membaca permulaan dan
menulis permulaan di kelas rendah.
Perumusan
Masalah
Evaluasi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena
dengan hal itu guru dapat mengetahui perkembangan anak didiknya dan menangani
anak-anak yang mengalami masalah dalam pembelajaran. Evaluasi juga dapat
menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar, baik dilihat dari sisi
guru maupun muridnya. Evaluasi pembelajaran membaca dan menulis di kelas rendah
merupakan salah satu tantangan besar bagi para guru, karena itulah dasar mereka
untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya.
Apabila
guru melakukan kesalahan dalam penialian tersebut maka dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar anak pada masa yang akan datang. Oleh karena itu,
evaluasi untuk anak kelas rendah diperlukan perencanaan yang matang dan
metode-metode khusus.
Dalam
makalah ini kami akan membahas tentang :
1. Apa
pengertian evaluasi ?
2. Apakah
hakikat penilaian pembelajaran bahasa secara holistik ?
3. Bagaimana
prosedur penilaian pembelajaran yang benar ?
4. Bagaimana
melaksanakan penilaian membaca dan menulis dengan menggunakan prinsip-prinsip
evaluasi holistik secara benar ?
5. Bagaimana
cara memilih dan mengembangkan alat penilaian dengan baik dan benar untuk anak
kelas rendah di SD dalam pembelajaran membaca dan menulis?
Tujuan
Masalah
Setelah
membahas makalah ini diharapkan pembaca dapat :
1. Menjelaskan
pengertian evaluasi dengan benar.
2. Menjabar
hakikat penilaian secara holistik.
3. Memilih
prosedur penilaian pembelajaran yang tepat.
4. Memilih
dan mengembangkan alat penilaian yang baik.
5. Melaksanakan
penilaian dengan menggunakan prinsip-prinsip evaluasi holistik secara benar.
Manfaat
Dalam
proses kegiatan belajar mengajar, guru perlu melihat perkembangan yang dialami
oleh anak didiknya, baik melalui penilaian secara tes maupun non tes. Namun
untuk melakukan penilaian tersebut, diperlukan cara khusus agar guru tidak
melakukan kesalahan dalam memberi penilaian terhadap siswa.
Membaca
dan menulis adalah dua hal yang paling mendasar yang harus dimiliki anak
sebelum mendapatkan pelajaran yang lain. Untuk itu jangan sampai ada kesalahan
dalam melakukan penilaian kedua hal tersebut, karena itu sangat berpengaruh
terhadap proses pembelajaran yang lain.
Untuk
itu kami akan membahas tentang bagaimana cara untuk mengevaluasi pembelajaran
membaca dan menulis terhadap anak yang duduk di kelas rendah. Mudah-mudahan
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru demi kemajuan pendidikan di
Indonesia
BAB II
PENGERTIAN EVALUASI (PENILAIAN)
PEMBELAJARAN
A.
Evaluasi
Pengertian
Evaluasi
Menurut
pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang
berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983).
Menurut
Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of
delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif
keputusan.
keputusan.
Sedangkan,
Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai "setiap usaha atau proses
dalam menentukan nilai". Secara khusus evaluasi atau penilaian juga
diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil
pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.Dan menurut Anne Anastasi
(1978) mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of determining
the extent to which instructional objective are achieved by pupils".
Evaluasi
bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, yang
jelas.
Evaluasi
berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan
tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang
lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui
suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran
bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari
hasil pengukuran menjadi suatu nilai.
Evaluasi meliputi
kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka
pengambilan keputusan.
Evaluasi
secara etimologi berasal dari bahasa Inggris evaluationyang bertarti value,
yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Namun, dari
sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni:
Suatu
proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.
Kegiatan
untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas
tujuan yang jelas.
Proses
penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan
pengambilan keputusan.
Evaluasi
adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut,
apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas
permasalahan yang ditemukan
Evaluasi
bersifat analitik dan kooperatif dengan obyek evaluasi (evaluatan), sedangkan
audit lebih menekankan pada pengujian-pengujian bukti dan independen terhadap
obyek audit (auditan). Keduanya tetap mengedepankan obyektivitas
evaluator/auditor.
Tidak
ada satupun guru yang tidak ingin berhasil dalam proses mengajar, tentunya
semua guru sangat mengharapkan sekali keberhasilan belajar mengajar itu, guru
yang masa bodoh terhadap anak didiknya adalah cermin kurang tanggung jawabnya
seorang guru menjabat sebagai profesinya, gurung yang tidak mau tahu dengan
perkembangan pendidikan anak didiknya adalah tanda guru yang tidak peduli
taerhadap tantangan zaman yang terus merongrong anak didiknya.
Walaupun
ada terobosan baru metode belajar yang bagus, seperti yang di pelopori oleh
bobby de porter dalam quantum learningnya, tetapi itu saja tidak cukup, metode
yang bagus saja tidak cukup tanpa evaluasi, maka evaluasi sangat di
butuhkan sekali dalam pendidikan.
Dalam
sebuah buku yang berjudul teknik evaluasi pendidikan karya M.chabib thoha,
beliau mengatakan bahwa Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu, apakah sesuatu
itu mempunyai nilai atau tidak. Menurut istilah evaluasi berarti kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument
dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh
kesimpulan.
Evaluasi
pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi
data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau
menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai
dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai
putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Selain
pengertian di atas ternyata pengertian evaluasi pendidikan merupakan proses
yang sistematis dalam :
· Mengukur
tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun
dari norma kelompok.
· Menentukan
apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan
pengajaran yang diharapkan.
Bukan
hanya seperti di katakan di atas saja pengertian evaluasi, tetapi ada beberapa
istilah yang serupa dengan evaluasi itu, yang intinya masih mencakup evaluasi,
yaitu diantaranya :
· Pengukuran
diartikan sebagai proses kegiatan untuk menentukan luas atau kuantitas sesuatu
untuk mendapatkan informasi atau data berupa skor mengenai prestasi yang telah
dicapai siswa pada periode tertentu dengan menggunakan berbagai tekhnik dan
alat ukur yang relevan.
· Tes
secara harfiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, tingkah laku, potensi,
prestasi sebagai hasil pembelajaran.
· Assessment
adalah suatu proses pengumpulan data dan pengolahan data tersebut menjadi suatu
bentuk yang dapat dijelaskan.
Evaluasi
atau penilaian dalam bidang pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Tuckman (1975:12) mengartikan
penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan,
proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau
criteria yang telah ditentukan. Pengertian evaluasi berkaitan erat dengan
pengertian pengukuran (measurement).
Orang
sering mencampuradukkan kedua pengertian ini. Untuk dapat memberikan penilaian
secara tepat, misalnya tentang kemampuan siswa memahami teks argumentasi,
pengajar memerlukan data-data tentang kemampuan siswa dalam hal itu. Untuk
mendapatkan data tersebut, misalnya skor, pengajar memerlukan kegiatan yang
disebut pengukuran. Jadi, pengukuran itu merupakan proses mengukur yang
berfungsi sebagai alat evaluasi. Ia berhubungan dengan data-data kuantitatif
saja misalnya berupa skor-skor siswa. Dari kegiatan pengukuran ini proses
evaluasi dimulai. Data kuantitatif yang didapat dari pengukuran diubah menjadi
pernyataan kualitatif yang berupa penilaian. Misalnya, skor 40, 60, 80 dari
hasil pengukuran dapat dinilai sebagai kurang mampu, cukup mampu, dan sangat
mampu.
Tujuan
dan Fungsi Evaluasi
Evaluasi
merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guru akan mengetahui
perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial,
sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik.
Evaluasi
pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan, pengajar
maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh
mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada
kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang mernuaskan maka akan memberikan
dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan
prestasi.
Pada
kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan berusaha
memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian
stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari sisi
pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya
upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
Ada
beberapa tujuan dan atau fungsi penilaian dalam pengajaran di sekolah
a. Untuk
mengetahui apakah tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan telah tercapai
dalam kegiatan pembelajaran.
b. Untuk
memberikan objektivitas pengamatan kita terhadap perilaku hasil belajar
siswa.
c. Untuk
mengetahu kemampuan siswa dalam bidang/topik tertentu.
d. Untuk
menentukan kelayakan siswa, misalnya naik kelas, lulus.
e. Untuk
memberikan umpan balik bagi kegiatan pembelajaranyang dilakukan.
Evaluasi
memiliki beberapa fungsi yaitu ;
Fungsi
normatif, yaitu berfungsi untuk perbaikan sistem pembelajaran
Fungsi
diagnostik, yaitu untuk mengetahui faktor kesulitan siswa dalam proses
pembelajaran
Fungsi
sumatif, yaitu berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik
Fungsi
penempatan
Penilaian
hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru)
dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus
mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah
diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang
dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan
nilai.
Dalam
konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain
sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu.
2. Untuk
mengetahui efektivitas metode pembelajaran.
3. Untuk
mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.
4. Untuk
memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.
Selain
fungsi di atas, penilaian juga dapat berfungsi sebagai alat seleksi,
penempatan, dan diagnostik, guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil
pembelajaran. Penjelasan dari setiap fungsi tersebut adalah:
a. Fungsi
seleksi. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan seleksi,
yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan/kursus berdasarkan
kriteria tertentu.
b. Fungsi
Penempatan. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan
penempatan agar setiap orang (peserta pendidikan) mengikuti pendidikan pada
jenis dan/atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya
masing-masing.
c. Fungsi
Diagnostik. Evaluasi diagnostik berfungsi atau dilaksanakan untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan
cara mengatasi kesulitan belajar tersebut.
Pandangan Behavioristik
dan konstruktifistik tentang evaluasi
Segala
sesuatu yang di lakukan pasti mempunyai tujuan dan fungsi yang akan di capai,
pastinya semua aktifitas tidak ingin hasilnya sia-sia, begitupun dengan
evaluasi, ada tujuan dan fungsi yang ingin di capai, Evaluasi telah memegang
peranan penting dalam pendidikan antara lain memberi informasi yang dipakai
sebagai dasar untuk :
· Membuat
kebijaksanaan dan keputusan
· Menilai
hasil yang dicapai para pelajar
· Menilai
kurikulum
· Memberi
kepercayaan kepada sekolah
· Memonitor
dana yang telah diberikan
· Memperbaiki
materi dan program pendidikan
Pandangan Behavioristik
dan konstruktifistik tentang evaluasi, yaitu :
BEHAVIORISTIK
|
KONSTRUKTIVISTIK
|
Evaluasi
menekankan pada respon pasif. Keterampilan secara terpisah dan biasanya
menggunakan “ paper dan pencil test”
|
Evaluasi
menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan keterampilan
terintegrasi, dengan menggunakan masalah dalam konteks nyata
|
Evaluasi
yang menuntut jawaban benar menunjukkan bahwa si belajar telah menyelesaikan
tugas belajar
|
Evaluasi
yang menggali berpikis secara divergen, pemecahan ganda, bukan hanya jawaban
benar
|
Evaluasi
belajar dipandang sebagai bagian terpisah dari kegiatan pembelajaran dan
biasanya dilakukan setelah kegiatan belajardengan penekanan pada evaluasi
individu
|
Evaluasi
merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas-tugas yang
menuntut aktifitas belajar bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari
dalam konteks nyata. Evaluasi akan menekankan pada keterampilan dan proses
dalam kelompok
|
Dr.muchtar
buchori Med. Mengemukakan bahwa tujuan khusus evaluasi pendidikan ada 2
yaitu :
· Untuk
mengetahui kemajuan peserta didik setelah ia mengalami pendidikan selam jangka
waktu tertentu.
· Untuk
mengetahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang dipergunakan
pendidik selam jangka waktu tertentu tadi.
Kemajuan
dan kemunduran belajar peserta didik, dapat diketahui pula kedudukan mereka
dalam kelompoknya dan juga dapat dipakai pula untuk mengadakan perencanaan yang
realistik dalam mengarahkan dan mengembangkan masa depan mereka. Selanjutnya
dengan diketahuinya efektifitas dan efisiensi metode-metode yang digunakan
dalam pendidikan, guru telah mendapatkan pelajaran yang cukup berharga untuk
menyempurnakan metode-metode yang sudah baik, dan memperbaiki
kekurangan-kekurangan metode yang tidak efektif.
Fungsi evaluasi bersifat evaluatif, terdiri atas :
Fungsi
prognostik yaitu meramalkan sesuatu dalam menghadapi langkah selanjutnya.
Fungsi
diagnostik yaitu evaluasi yang bertujuan yang bertu11/21/2006juan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa serta penyebabnya.
Fungsi
judgement yaitu evaluasi yang dilakukan untuk menetukan keberhasilan siswa atau
tes penentuan akhir.
Evaluasi
juga berfungsi untuk siswa itu sendiri, yaitu :
a. Fungsi
Evaluasi Bagi Siswa
Bagi
siswa, evaluasi digunakan untuk mengukur pencapaian keberhasilannya dalam
mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Dalam hal ini ada dua
kemungkinan :
Hasil
siswa yang memuaskan.
Jika
siswa memperoleh hasil yang emuaskan, tentunya kepuasan ini ingin diperolehnya
kembali pada waktu yang akan datang. Untuk ini siswa akan termotifasi untuk
belajar lebih giat agar perolehannya sama bahkan meningkat pada masa yang akan
datang. Namun, dapat pula terjadi sebaliknya, setelah memperoleh hasil yang
memuaskan siswa tidak rajin belajar sehingga pada waktu berikutnya hasilnya
menurun.
Hasil
siswa yang tidak memuaskan
Jika
siswa memperoleh hasil yang tidak memuaskan, maka pada kesempatan yang akan
datang dia akan berusaha memperbaikinya. Oleh karena itu, siswa akan giat
belajar Tetapi bagi siswa yang kurang motivasi atau lemah kemauannya akan
menjadi putus asa.
b. Fungsi
Evaluasi bagi guru
Dapat
mengetahui siswa manakah yang menguasai pelajran dan siswa mana pula yang
belum. Dalam hal ini hendaknya guru memberikan perhatian kepada siswa yang
belum berhasil sehingga pada akhirnya siswa mencapai keberhasilan yang
diharapkan.
Dapat
mengetahui apakah tujuan dan materi pelajaran yang telah disampaikan itu
dikuasai oleh siswa atau belum.
Dapat
mengetahui ketepatan metode yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran
tersebut.
Bila
dari hasil evaluasi itu tidak berhasil, maka dapat dijadikan bahan remidial.
Jadi, evaluasi dapat dijadikan umpan balik pengajaran.
Fungsi
Evaluasi Bagi Sekolah
Untuk
mengukur ketepatan kurikulum atau silabus. Melalui evaluasi terhadap pengajaran
yang dilakukan oleh guru, maka akan dapat diketahui apakah ketepatan kurikulum
telah tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan atau belum. Dari
hasil penilaian tersebut juga sekolah dapat menetapkan langkah-langkah untuk
perencanaan program berikutnya yang lebih baik.
Untuk
mengukur tingkat kemajuan sekolah. Sudah barang tentu jika hasil penilaian yang
dilakukan menunjukkan tanda-tanda telah terlaksananya kurikulum sekolah dengan
baik, maka berarti tingkat ketepatan dan kemajuan telah tercapai sebagaimana
yang diharapkan. Akan tetapi sebaliknya jika tand-tanda itu menunjukkan tidak
tercapainya sasaran yang diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa tingkat
ketepatan dan kemajuan sekolah perlu ditingkatkan.
Mengukur
keberhasilan guru dalam mengajar. Melalui evaluasi yang telh dilaksanakan dalam
pengajaran merupakan bahan informasi bagi guru untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dalam melaksanakan pengajaran.
Untuk
meningkatkan prestasi kerja. Keberhasilan dan kemajuan yang dicapai dalm
pengajaran akan mendorong bagi sekolah atau guru untuk terus meningkatkan
prestasi kerja yang telah dicapai dan berusaha memperbaiki kelemahan dan
kekurangan yang mungkin terjadi.
Dalam
evaluasi semua komponen dalam pendidikan layak dan harus dijadikan sebagai
objek dan subjek evaluasi pendidikan, yaitu :
~ Siswa,
dapat menjadi subjek evaluasi bagi dirinya sendiri dan bagi guru serta
sekolahnya dan dapat juga menjadi bagian dari objek evaluasi yang dilakukan
oleh guru dan sekolahnya.
~ Guru,
dapat menjadi subjek evaluasi bagi program dan cara-cara dia mengajar,
keberhasilannya dan juga dpat menjadi objek evaluasi oleh siswa dan sekolahnya.
~ Sekolah,
dapat menjadi subjek evaluasi bagi siswa dan guru-guru yang ada didalamnya
serta dapat juga menjadi sasaran atau objek evaluasi dari siswa dan guru yang
bernaung didalamnya.
Setelah
semua tugas evaluasi kita lakukan kita akan banyak memetik manfaat dari
evaluasi itu, baik bagi siswa, guru maupun sekolah yang seandainya kita
mengambil benang merah dari nya kita akan mengetahui apa-apa yanga harus dan
yang tidak harus lagi kita lakukan untuk kedepannya.
Tujuan
pengajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa dapar berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar, dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Oleh
karena itu, bentuk penilaiannya juga penilaian yang komunikatif. Antara lain
guru dapat menilai bagaimana siswa membuat dan menjawab pertanyaan, membuat
laporan, membuat ringkasan, membuat percakapan. Inilah bentuk penilaian yang
sejalan dengan tujuan penyusunan program pengajaran bahasa Indonesia.
Penilaian
adalah proses sistematis yang meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi
verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan. Salah satu
bentuk penilaian adalah penilaian kelas, yaitu proses pengumpulan &
penggunaan informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan
tentang pencapaian hasil belajar.
Prinsip
Dasar Evaluasi
Adapun
prinsip prinsip evaluasi adalah :
• Objektif
: sesuai dengan kemampuan siswa
• Kontinuitas
: berkesinabungan
• Komperhensif
: berkaitan dengan sikap nilai
• Praktis
: praktis digunakan penidik dan peserta didik
• Akuntabilitas
: tanggung jawab
Evaluasi
adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment
atau tindakan yaitu penilaian untuk menentukan kualitas dan pengukuran untuk
menentukan kuantitas.
Evaluasi
memiliki beberapa prinsip dasar yaitu :
· Evaluasi
bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembelajaran bagi
masyrakat.
· Evaluasi
adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilkukan dengan metode
yang berbeda.
· Pelaku
evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan
tertentu. Evaluator tidak berwenang untuk memberikan rekomendasi terhadap
keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu memberikan
alternatif.
· Penelitian
evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
· Evaluator
tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
· Evaluasi
adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
· Evaluasi
memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk pendalaman
metode penggalian informasi.
· Evaluasi
akan mantap apabila dilakukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.
· Evaluator
hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi
sumatif dan evaluasi program.
· Evaluasi
memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat.
B. Pembelajaran
1. Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik denganpendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusiaserta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun.
Pembelajaran
mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam kontekspendidikan, guru mengajar supaya peserta didik
dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta
didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya
interaksi antara guru dengan peserta didik.
2. Tujuan
Pembelajaran
Tujuan
pengajaran akan terlihat dalam keluaran hasil belajar. Dengan kata lain,
tercapai tidaknya tujuan dapat dilihat dari keluaran hasil belajar. Gagne
(1979:49-56) memerinci keluaran hasil belajar sebagai berikut:
a. Keterampilan
intelektual (Intelectual skills)
Keterampilan
intelektual adalah kecakapan yang membuat seseorang berkompeten, yang
memungkinkan untuk menanggapi konseptualisasi lingkungannya. Keterampilan ini
berkaitan dengan pengetahuan “bagaimana” (bukan pengetahuan”apa”) melakukan
aktivitas. Ada empat subkategori, yaitu
(a)
pembedaan (discrimination)
(b)
konsep (concepts)
(c)
aturan (rules)
(d)
aturan tingkat tinggi (higher-order rules).
b. Strategi
kognitif (Cognitives strategies)
Strategi
kognitif merupakan kecakapan khusus yang memungkinkan siswa dapat belajar dan
menentukan sesuatu secara sendiri, misalnya belajar bagaimana belajar yang
paling cocok untuk dirinya sendiri.
c. Informasi
Verbal (Verbal information)
Informasi
verbal adalah hasil belajar yang berupa informasi dan pengetahuan verbal.
Informasi itu dapat dibedakan ke dalam fakta, nama, prinsip, dan generalisasi.
d. Keterampilan
motor (motor skill)
Keterampilan
motor adalah keluaran belajar yang berkaitan dengan gerakan otot, misalnya
berdeklamasi.
e. Sikap
(attitudes)
Sikap
merupakan sejumlah bentuk keluaran belajar yang berkaitan dengan nilai-nilai
seperti toleransi, suka membaca, mencintai sastra, kesediaan bertanggung jawab.
Bloom
dkk. Membedakan keluaran belajar ke dalam tiga ranah (domain), yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ranah
Kognitif
Ranah
kognitif berkaitan dengan pengetahuan/ kemampuan intelektual. Kemampuan
ini meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah
Afektif
Ranah
ini meliputi perasaan, nada, emosi, dan variasi tingkatan penerimaan dan
penolakan terhadap sesuatu.
Ranah
Psikomotor
Ranah
ini berkaitan dengan gerakan-gerakan otot, misalnya pengucapan lafal bahasa
BAB III
HAKIKAT PENILAIAN PEMBELAJARAN
BAHASA SECARA HOLISTIK
A.
Pengertian Pendidikan Holistik
Pendidikan
holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran
bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan
tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan
nilai-nilai spiritual.
Secara
historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.Beberapa tokoh
klasik perintis pendidikan holistik, diantaranya : Jean Rousseau, Ralph Waldo
Emerson, Henry Thoreau, Bronson Alcott, Johann Pestalozzi, Friedrich Froebel
dan Francisco Ferrer. Berikutnya, kita mencatat beberapa tokoh lainnya yang
dianggap sebagai pendukung pendidikan holistik, adalah : Rudolf Steiner, Maria
Montessori, Francis Parker, John Dewey, John Caldwell Holt, George Dennison
Kieran Egan, Howard Gardner, Jiddu Krishnamurti, Carl Jung, Abraham Maslow,
Carl Rogers, Paul Goodman, Ivan Illich, dan Paulo Freire.
Pemikiran
dan gagasan inti dari para perintis pendidikan holistik sempat tenggelam sampai
dengan terjadinya loncatan paradigma kultural pada tahun 1960-an. Memasuki
tahun 1970-an mulai ada gerakan untuk menggali kembali gagasan dari kalangan
penganut aliran holistik. Kemajuan yang signifikan terjadi ketika dilaksanakan
konferensi pertama pendidikan Holistik Nasional yang diselenggarakan oleh
Universitas California pada bulan Juli 1979, dengan menghadirkan The
Mandala Society dan The National Center for the Exploration of Human
Potential. Enam tahun kemudian, para penganut pendidikan holistik mulai
memperkenalkan tentang dasar pendidikan holistik dengan sebutan 3 R’s,
akronim dari relationship, responsibility dan reverence.
Berbeda dengan pendidikan pada umumnya, dasar pendidikan 3 R’s ini
lebih diartikan sebagai writing,
reading dan arithmetic atau di Indonesia dikenal dengan sebutan
calistung (membaca, menulis dan berhitung).
B. Tujuan
Pendidikan Holistik
Tujuan
pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam
suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan
humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui
pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri
(learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil
keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya,
memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan
emosionalnya (Basil Bernstein).
C.
Pengertian Penilaian Secara Holistik
Menurut Hill dan Ruptic (1994)
serta Routman (1994), dalam konteks pembelajaran bahasa, penilaian
holistik berpandangan bahwa unsur-unsur bahasa serta keempat keterampilan
berbahasa (menyimak, membaca, mengdengar, dan menulis) merupakan kemampuan
berbahasa yang terpadu dan saling berkaitan erat. Itu semua diperoleh anak
secara bertahap dan terus-menerus.
Dalam
kurikulum 1994, yang mangacu kepada kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
menyatakan bahwa penilaian pengajaran, termasuk di dalamnya bahasa Indonesia,
meliputi tiga hal, yaitu :
a. Penilaian
program, yang diarahkan pada keefektifan dan kualitas rancangan program seperti
rencana tahunan, semester, bulanan, mingguan atau harian.
b. Penilaian
pelaksanaan program, yang dutujukan pada keefektifan pelaksanaan program
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Penilaian
kemajuan dan hasil belajar yang diarahkan pada proses dan hasil belajar siswa.
Adapun
sasaran penilaian itu sendiri mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor. Atas
dasar itu, maka penilaian bahasa Indonesia bersifat utuh, menyeluruh, dan terus
menerus. Sasarannya tidak hanya hasil atau siswa tetapi juga proses, guru, dan
pembelajaran itu sendiri.
Penilaian
holistik memiliki tiga prinsip, yaitu :
1 Memandang
pembelajaran dan penilaian sebagai suatu kesatuan.
2 Melibatkan
secara aktif di dalam belajar dan evaluasi sendiri.
Melihat
perkembangan belajar siswa, baik sebagai individu ataupun kelompok, sebagai
suatu proses yang unik untuk menyeluruh dan terus menerus.
D.
Ciri-Ciri Penilaian Holistik
Penilaian
adalah cara untuk mengetahui sejauh mana program yang dibuat guru dan
disampaikan kepada siswa dapat diserap dan dikuasai siswa atau sejauh mana
sasaran belajar dari suatu program itu dapat tercapai. Seperti kita ketahui
sebelum program diberikan. Guru memberikan penilaian apakah hal yang telah
digariskan itu tercapai ? Itulah yang disebut penilaian (Rooijakkers
1944:141). Jadi sekali lagi melalui penilaian guru dapat mengetahui hasil
pengajaran yang telah dilaksanakannya.
Ciri-ciri
penilaian holistik adalah :
Didasarkan
pada pengalaman keseharian berbahasa secara otentik.
Dilakukan
selaras dengan hakikat belajar bahasa sebagai suatu proses yang berkembang
secara bertahap dengan terus-menerus.
Diarahkan
pada penilaian proses dan hasil, serta dilakukan secara formal dan informal.
Menginformasikan
kegiatan belajar mengajar atau apa yang terjadi di kelas sehari-hari.
Memperhatikan
keunikan siswa sebagai makhluk hidup.
Melibatkan
siswa di dalam penilaian untuk mengukur kekuatan dan kelemahannya, menetapkan
tujuan dan keputusan untuk kegiatan belajar.
Pada
dasarnya penilaian dilakukan karena guru ingin mengetahui apakah siswa telah
belajar dengan baik atau belum. Tetapi melalui penilaian ini, dapat diketahui
pula apakah semua bagian dari seluruh meteri telah diterangkan dengan baik atau
belum.
Jika
siswa melakukan kesalahan yang sama pada pertanyaan tertentu, ini berarti guru
kurang jelas menerangkan masalah itu. Dari sinilah kita mengetahui bahwa
melalui penilaian terhadap siswa, guru dapat pula menilai darinya sendiri. Secara
tidak langsung guru telah mengadakan penilaian terhadap dirinya, siswa, dan
program sekaligus.
Ciri-ciri
penilaian kelas:
1.
Menggunakan acuan patokan/kriteria.
2.
Penilaian otentik (John B. Carrol, A Model of School Learning) :
- Proses penilaian bagian integral dari proses pembelajaran.
- Mencerminkan masalah dunia nyata bukan dunia sekolah.
- Menggunakan berbagai cara dan kriteria.
- Holistik (kognitif, afektif, psikomotor).
Penilaian
siswa secara holistik dengan menggunakan acuan kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa hingga saat ini masih belum dilakukan. Penilaian yang
cenderung mengarah pada aspek kognitif, akan menimbulkan kerancuan jika
ternyata hasil yang diperoleh bukanlah hasil murni, yaitu jika siswa
mendapatkan nilai tersebut tidak dengan murni pemikiran sendiri.
a.
Penilaian Afektif
• Mencakup
penilaian sikap, tingkah laku, minat, emosi dan motivasi, kerjasama,
koordinasi dari setiap peserta didik.
• Dilakukan
melalui pengamatan dan interaksi langsung secara terus menerus. Pada umumnya
dilakukan secara non-ujian (misalnya; untuk mengetahui siapa peserta didik yang
bisa dipercaya, siapa peserta didik yang disiplin, siapa yang berminat ke
jurusan Ilmu Sosial atau Ilmu Alam dll).
• Setiap
informasi yang diperoleh dikumpulkan dan disimpan sebagai
referensi dalam penilaian berikutnya.
• Penilaian
afektif dibagi atas penilaian afektif secara umum (budi pekerti) dan penilaian
afektif per mata pelajaran.
• Aspek
penilaian afektif terdiri dari:
Menerima (receiving) termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi
gejala atau rangsangan dari luar.
Menanggapi (responding): reaksi
yang diberikan: ketepatan reaksi, perasaan kepuasan, dll.
Menilai (evaluating): kesadaran
menerima norma, sistem nilai, dll.
Mengorganisasi (organization): pengembangan
norma dan nilai dalam organisasi sistem nilai.
Membentuk
watak (Characterization): sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah laku.
b.
Psikomotorik
• Tidak
semua mata pelajaran dapat dinilai aspek psikomotornya (disesuaikan dengan
tuntutan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik).
• Digunakan
untuk pembelajaran yang banyak memerlukan praktik: Pendidikan Agama, Pendidikan
Seni, Pendidikan Jasmani, Praktik IPA dan Bahasa.
• Aspek
Psikomotorik terdiri dari (Taxonomy Bloom, Bloom, Englehart, Furst, Hill,
Krathwohl:56) :
– Meniru (perception)
– Menyusun (manipulating)
– Melakukan
dengan prosedur (precision)
– Melakukan
dengan baik dan tepat (articulation)
– Melakukan
tindakan secara alami (naturalization)
Adapun
langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:
1)
Perencanaan,
2)
Pengumpulan data,
3)
Verifikasi data,
4)
Analisis data, dan
5)
Interpretasi data.
Penilaian
hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru)
dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus
mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah
diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang
dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan
nilai
E.
Prinsip Penilaian Holistik
Memandang
pembelajaran dan penilai sebagai suatu kesatuan.
Melibatkan
siswa secara aktif di dalam belajar dan evaluasi sendiri.
Melibatkan
perkembangan belajar siswa, baik sebagai individu ataupun kelompok, sebagai
suatu proses yang unik untuk menyeluruh dan terus menerus.
D.
Pelaksanaan Pembelajaran Secara Holistik
Jika
merujuk pada pemikiran Abraham Maslow, maka pendidikan harus dapat mengantarkan
peserta didik untuk memperoleh aktualisasi diri (self-actualization) yang
ditandai dengan adanya:
Kesadaran
Kejujuran
Kebebasan
atau kemandirian
Kepercayaan.
Pendidikan
holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik
dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan
spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga
menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih
diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa
hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran
holistik, diantaranya :
Menggunakan
pendekatan pembelajaran transformatif
Prosedur
pembelajaran yang fleksibel.
Pemecahan
masalah melalui lintas disiplin ilmu.
Pembelajaran
yang bermakna.
Pembelajaran
melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam
pendidikan holistik, peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol
kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan guru lebih banyak berperan sebagai
sahabat, mentor, dan fasilitator. Forbes (1996) mengibaratkan peran guru
seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan
menyenangkan.
Sekolah
hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan
yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting,
perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.
Gagasan
pendidikan holistik telah mendorong terbentuknya model-model pendidikan
alternatif, yang mungkin dalam penyelenggaraannya sangat jauh berbeda dengan
pendidikan pada umumnya, salah satunya adalah homeschooling,
yang saat ini sedang berkembang, termasuk di Indonesia.
E.
Penilaian Ketrampilan Bahasa Indonesia Secara Holistik
Alat
penilaian terdiri dari :
1. Alat
Penilaian Tes
Yaitu
serangkaian pertanyaan atau tugas untuk mengukur percakapan tertulis dan
perbuatan.
a. Tes
Menyimak
Bertujuan
untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami isi makna berupa identifikasi
fonem, pola intonasi, atau pengertian isi wacana lisan. Tes yang dapat
dilakukakn adalah simak ulang, melengkapi, dan menjawab pertanyaan dari wacana
lisan.
b. Tes
Berbicara
Bertujuan
untuk mengukur kemampuan berbahasa lisan anak dalam mengucapkan bunyi bahasa,
menyampaikan ide, pikiran, atau perasaannya ketika berkomunikasi dengan orang
lain. Bagi kelas-kelas awal, keterampilan yang diujikan masih sederhana.
Tes
yang dapat digunakan adalah ulang ucap, uraian lisan, membuat atau menjawab
pertanyaan dari suatu wacana, percakapan, diskusi, memberikan atau
mendeskripsikan, dan reka cerita gambar.
c. Tes
Membaca
Bertujuan
untuk menilai kemampuan siswa untuk mengenal. Merangkaikan huruf, dan
membacanya menjadi satuan yang serta memahami maksudnya. Tes awal yang dapat
dilakukan adalah :
· Membaca
nyaring.
· Menjawab
dan mengajukan pertanyaan dari wacana tulis.
· Mengisi
wacana rumpang (klos).
Untuk
membuat tes dengan wacana rumpang atau tidak lengkap, guru hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut :
Pilihan
wacana baru, yang belum dibaca siswa.
Wacana
yang dibaca siswa tidak terlalu panjang.
Informasi
wacana sempurna.
Biarkan
kalimat pertama, kedua, dan terakhir utuh.
Lakukan
penghilangan kata pada kalimat kedua, sampai menjelang kalimat akhir.
d. Tes
Menulis
Bertujuan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam melambangkan unsur-unsur bahasa dan
keterampilannya menuangkan ide, gagasan, dan perasaannya secara tertulis. Tes
yang dapat dilakukan yaitu :
Menyalin
kalimat dan wacana pendek.
Menyusun
kata-kata atau kalimat acak menjadi kalimat atau wacana yang baik.
Membuat
cerita gambar.
Membuat
gambar dan ceritanya.
Merangkum
karangan.
Memparafrase.
Menyusun
karangan sederhana.
Menyunting
dan memperbaiki karangan.
Menanggapi
secara tertulis suatu wacana.
2. Alat
Penilaian Nontes
Yaitu
alat penilaian selain tes. Teknik nontes ini dapat di laksanakan dengan
observasi ,wawancara, dan portofolio. Penilaian nontes dapat dilakukan
pengamatan/observasi. Pengamatan yaitu pengumpulan informasi dilakukan dengan
mengamati dan mencatat perilaku siswa. Pengamat harus terencana dan terarah. Pengamatan
ini dapat dilakukan dengan cara :
• Catatan
anekdot berisi paparan perilaku siswa.
• Daftar
cek berisi nama-nama aspek yang ingin diselidiki sehingga harus disusun
berdasarkan tujuan pengamatan itu sendiri.
• Konferensi
atau wawancara yaitu pengumpulan informasi dengan sejumlah pertanyaan.
• Tugas
yaitu pengumpulan informasi mengenai perkembangan dari kemajuan, tanggapan,
serta sikap siswa melalui kumpulan hasil pekerjaan siswa.
• Portofolio
yaitu pengumpulan informasi mengenai perkembangan dan kemajuan, tanggapan,
serta sikap siswa melaluo kumpulan hasil pekerjaan siswa.
BAB IV
PROSEDUR PENILAIAN PEMBELAJARAN
YANG BENAR
Prosedur
penilaian, yaitu :
Penilaian
proses, yaitu penilaian yang dimaksud untuk memperoleh informasi atas hal-hal
yang sedang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
Penialain
hasil, yaitu penilaian yang dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil
belajar siswa. Alat penilaian yang digunakan ialah tes dan non tes.
Ada
beberapa hal yang harus dilakukan dalam penyusunan alat penilaian pembelajaran
bahasa untuk kelas rendah, yaitu :
Kemampuan
Siswa
Tidak
semua anak yang masuk di SD pernah mengalami masa pendidikan prasekolah atau
taman kanak-kanak. Bagi anak seperti ini, pengenalan baca tulis secara formal
baru dialami ketika masuk SD. Jenis penilaian dan tingkat kesukarannyapun harus
disesuaikan dengan keadaan mereka.
Komponen
Pembelajaran Siswa
Penilaian
diarahkan kepada kemampuan dan kemajuan siswa atas beberapa atau semua aspek
pembelajaran bahasa secara bersamaan dengan menggunakan satu alat penilaian
tertentu.
Hakikat
Belajar Bahasa
Belajar
bahasa merupakan suatu proses individual yang berlangsung secara terus-menerus
dan otentik. Individual maksudnya, penilaian hendaknya lebih menekankan kepada
perbandingan kemajuan individu siswa dari waktu ke waktu. Bertahap artinya
penilaian hendaknya dilakukan dengan memperhatikan kemampuan siswa yang
diperoleh secara bertahap. Terus-menerus maksudnya penilaian diarahkan pada
proses dan hasil, dan dilakukan sepanjang masa pembelajaran. Otentik artinya
penilaian untuk belajar bahasa hendaknya disajikan dalam konteks kebahasaan
yang wajar selaras dengan kenyataan berbahasa sehari-hari di dalam masyarakat.
BAB
V
ALAT
PENILAIAN
Tentunya,
evaluasi mempunyai beberapa teknik yang berusaha mencari solusi lebih baik
dalam mengejar keerhasilan belajar. Pada dasarnya evaluasi itu dapat dibedakan
menjadi dua macam bentuk tes yaitu teknik tes dan teknik non tes.
Prosedur
penilaian, yaitu :
Penilaian
proses, yaitu penilaian yang dimaksud untuk memperoleh informasi atas hal-hal
yang sedang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
Penialaian
hasil, yaitu penilaian yang dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil
belajar siswa. Alat penilaian yang digunakan ialah tes dan non tes.
A. Macam-Macam
Alat Penilaian
1. Teknik
Tes
Tehnik tes adalah satu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau merangkai tugas yang harus dikerjakan oleh anak didik atau
sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai yang dicapai oleh anak-anak
lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan, yang terdiri dari :
Tes
Subjektif
Tes
ini sering pula diartikan sebagai tes essay yaitu tes hasil belajar yang
terdiri dari suatu pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang
bersifat uraian dan atau penjelasan. Secara umum tes uraian ini adalah
pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,
penjelasan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain
sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan
bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
Tes
Obejektif
Maksudnya
adalah adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatsi kelemahan-kelemahan
dari tes bentuk essay. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang
diajukan jauh lebih banyak dari pada tes essay. Tes objektif disebut juga
dengan istilah short answer test atau new type test. Yang
terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan cara memilih diantara
alternatif jawaban yang dianggap benar dan paling benar.
2. Teknik
Non-Tes
Maksudnya
adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan
tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan cara :
Skala
Bertingkat
Yang
dimaksud dengan skala bertingkat atau rating scala adalah tes yang digunakan
untuk mengukur kemampuan anak didik berdasarkan tingkat tinggi rendahnya
penguasaan dan penghayatan pembelajaran yang telah diberikan
Daftar
Cocok
Maksudnya
adalah suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan dijawab dengan
membubuhkan tad cocok (x) pada kolom yang telah disediakan
Wawancara
Maksudnya
adalah semua proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan
secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain, mendengar dengan
telinganya sendiri suaranya
Daftar
Angket
Maksudnya
adalah bentuk tes yang berupa daftar pertanyaan yang diajukan pada responden,
baik berupa keadaan diri, pengalaman, pengetahuan, sikap dn pendapatnya tentang
sesuatu
Pengamatan
(Observasi)
Maksudnya
adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara meneliti secara cermat dan
sistematis. Dengan menggunakan alat indra dapat dilakukan pengamatan terhadap
aspek-aspek tingkah laku siswa disekolah.
Oleh
karena pengamatan ini bersifat langsung mengenai aspek-aspek pribadi siswa,
maka pengamtan memiliki sifat kelebihan dari alat non tes lainnya
Riwayat
Hidup
Ini
adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang
sebagai bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka
subjek evaluasi akan dpat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian,
kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.
Alat
yang berupa non-tes dapat berupa :
~ Skala
bertingkat (untuk mengukur sikap, pendapat, keyakinan, dan nilai.
~ Wawancara.
~ Pengamatan.
Alat
tes dapat dibedakan menjadi berbagai macam, bergantung dari segi mana kita akan
membedakannya. Ada tes buatan guru, ada tes standar. Ada tes pengukur
keberhasilan, yang meliputi :
Tes
kemampuan awal, yang terdiri dari pretes, tes prasyarat, tes penempatan.
Tes
diagnostik
Tes
formatif
Tes
sumatif.
Berdasarkan
bentuknya, dibedakan tes esai dan tes objektif, yang masing-masing masih dapat
diperinci lagi.
Keberhasilan
sebuah proses pembelajaran yang telah dilakukan tentu amat bergantung pada
“kontrak” yang disepakati diantara pengajar dan peserta ajar.. Hal penting yang
harus diperhatikan oleh seorang pengajar dalam menilai keberhasilan program
pembelajarannya adalah bahwa pengajar tersebut sedapat mungkin mengenal dan
memahami peserta ajar baik sebagai individu (I) atau kelompok pembelajar (We).
Jadi,
proses penilaian keberhasilan aktifitas pembelajaran yang selama ini hanya
dilihat dari ranah kognitif tentu tidak lagi menjadi patokan. Seorang pengajar
harus mampu mengenal karakteristik peserta ajarnya. Salah satu instrumen yang
dapat digunakan dalam menilai pencapaian pembelajaran adalah evaluasi hasil
pembelajaran (EHP). EHP adalah suatu proses sistematis yang memungkinkan
seorang pengajar dapat mengukur sejauh mana mahasiswa mencapai sasaran
pembelajarannya.
Ada
dua jenis evaluasi yang dapat dilakukan, yakni: Progressive
assessment/Formative assessment dan Terminal assessment/ Summative
assessment (Guilbert: 1977). Jenis evaluasi yang pertama biasanya
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan mahasiswa dalam proses
pembelajarannya atau kita sering menyebutnya sebagai ujian tengah semester
(UTS).
Dalam
evaluasi ini, penilaian tidak dilakukan untuk menentukan kelulusan mahasiswa
dalam pembelajarannya. Sementara, jenis evaluasi yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan akhir mahasiswa yang juga pada akhirnya menentukan
kelulusan dalam proses pembelajarannya adalah Terminal
assessment/Summative assessment.
Bentuk
dari evaluasi yang dapat dilakukan tentu akan berbeda antara masing-masing mata
pelajaran. Bahkan satu mata pelajaran pun dapat menggunakan lebih dari satu
bentuk evaluasi.
Bentuk
evaluasi yang sering digunakan dalam menentukan tingkat keberhasilan
pembelajaran, antara lain: ujian praktikum, ujian tulis, presentasi kasus,
dsb. Pemilihan bentuk evaluasi ini amat bergantung pada karekteristik
masing-masing mata kuliah.
Mata
pelajaran yang sebagian besar materinya adalah praktikum di laboratorium, tentu
akan sangat tepat jika bentuk evaluasi yang dipilih adalah ujian praktikum.
Dengan
mengetahui hasil belajar siswa dengan system evaluasi pembelajaran, guru dapat
menempatkan diri sesuai pada tempatnya dengan tujuan:
1.
Menilai kemampuan ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan
2.
Mengukur peningkatan selama pembelajaran
3.
Mengetahui kesulitan siswa
4.
Mengevaluasi metode pengajaran
5.
Memotivasi siswa untuk belajar
B. Penilaian
Terhadap Nilai Tes
Tes
adalah alat penilaian. Tes yang baik paling tidak memenuhi syarat validitas dan
reliabilitas.
1. Validitas
Validitas
tes menunjuk pada pengertian apakah tes itu dapat mengukur apa yang akan diukur
(Ebel, 1979: 298). Misalnya, kita mempunyai sebuah tes kemampuan apresiasi
sastra.
Apakah
tes itu mampu mengukur kemampuan apresiasi sastra yang sesungguhnya? Artinya,
siswa yang mendapat nilai baik memang benar-benar lebih baik kemampuan
apresiasi sastranya daripada siswa yang mendapat nilai kurang
baik. Validitas tes meliputi :
~ Validitas
isi
~ Validitas
ukuran
~ Validitas
sejalan
~ Validitas
konsep
~ Validitas
ramalan.
2. Reliabilitas
Reliabilitas
tes menunjuk pada pengertian apakah tes itu dapat mengukur
kemampuan/keterampilan secara konsisten pada subjek yang sama atau sebanding.
Ada beberapa cara/teknik untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes itu:
Tes
dicobakan lebih dari satu kali terhadap siswa yang sama. Hasil tes dikorelasikan
dan jika koefisien korelasi yang diperoleh cukup tinggi, maka tes tersebut
dapat dikatakan reliabel.
Teknik
belah dua, artinya kita memisahkan skor hasil tes ke dalam dua kelompok, yaitu
kelompok nomor soal ganjil dan kelompok nomor soal genap. Skor dari soal nomor
ganjil dan genap itu lalu dikorelasikan. Jikakoefisien korelasinya cukup
tinggi, maka tes itudapat dikatakan reliabel.
Rumus
Kuder-Richardson (KR) 20 dan 21.
Teknik
butir parallel. Pengujian tingkat reliabilitas tes butir parallel mendasarkan
diri pada keajegan jawaban siswa terhadap butir-butir soal yang dimaksudkan
untuk mengukur tujuan yang sama.
Teknik
bentuk parallel. Jika pada teknik butir parallel yang berparalel hanya
butir-butir soal tertentu yang mengukur satu tujuan, teknik bentuk parallel
yang berparalel perangkat tes secara keseluruhan.
C.
Penilaian Kebahasaan
Tes
kebahasaan merupakan alat yang dipakai untuk mengukur kemampuan ataupun
penguasaan bahasa pembelajar. Tes ini meliputi (a) tes kompetensi kebahasaan,
yaitu tentang pengetahuan system bahasa dan (b) tes kemampuan berbahasa baik
yang bersifat reseptif maupun produktif. Adapun bentuk tes yang digunakan
dapat berupa tes diskrit, tes integrative, maupun tes pragmatik/komunikatif
BAB VI
PELAKSANAAN PENILAIAN HOLISTIK
Pelaksanaan
penialaian holistik dilakukan atas dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahan
pelaksanaan.
A. Persiapan
Penerapan Penilaian Holistik
• Memahami
dengan baik apa, mengapa, bagaimana, penilaian holistik.
• Memahami
fokus aspek pembelajaran yang akan dinilai secara holistik.
Sebagai
tahap penula dalam melaksanakan penialian secara holistik ini, maka penialian
hendaknya dilakukan secara bertahap, hendaknya dapat menahan diri dan tidak
terlalu ambisius karena pengalaman dan pemahaman tentang penilaian ini masih
sangat baru. Untuk itu guru harus menentukan dahulu aspek yang diperioritaskan.
• Memantapkan
tujuan penilaian holistik yang akan dilakukan.
• Menyiapkan
dan mengembangkan rencana pembelajaran dan penilaian.
• Tentukan
apa yang dinilai dan kapan melakukannya.
• Merancang
alat penilaian tes dan non tes.
• Menyiapkan
alat pendukung, yaitu :
- Map
kumpulan pekerjaan baca tulis siswa.
- Map
yang berisi tulisan dari map di atas.
- Tempat
penyimpanan map siswa.
- Dinding
tempat penempelan tulisan siswa yang secara periodik diganti.
- Meja
dan kursi untuk wawancara guru dan siswa.
- Dokumen
guru yang berisi catatan anekdot dan berkas atau alat penilaian guru.
2. Pelaksanaan
Penilaian Holistik
Berdasarkan
pengamatan yang pernah dilakukan mengenai pelaksanaan penilaian holistik
pembelajaran membaca dan menulis oleh guru kelas awal, berikut ini akan
disajikan secara ringkas tahapan peristiwanya. Contoh ini hanyalah sebagai
salah satu model yang bila diterapkan, harus sesuai selaras dengan situasi
kelas dan kemampuan guru
• Pada
awal pembelajaran, guru mengiformasikan kepada siswa tujuan dan hasil
pembelajaran yang diharapkan.
• Guru
melakukan tes awal dan mengidentifikasi rata-rata kemampuan anak.
• Di
sela-sela pembelajaran, guru melakukan pengamatan.
• Guru
mengumumkan tiga bacaan wajib dan dua bacaan bebas selama satu semester dan
tugas yang harus dilakukan.
• Guru
mengadakan tes membaca dan menulis.
• Sesekali
murid dtugaskan melakukan penelitian keci-kecilan.
• Secara
berkala, karangan atau tulisan siswa yang menurut siswa sendiri baik, dapat
dipajang di dinding kelas.
• Membuat
ringkasan data hasil observasi dan penilaian diri dalam mengajar.
• Siswa
membuat portofolio menjelang akhir semester, yang berisi pengalaman terbaik
mereka, kumpulan terbaik mereka, beserta alasannya.
• Pada
akhir semester, guru meringkas penilaiannya.
BAB VII
KESIMPULAN
Evaluasi adalah
proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral,positif atau negatif atau merupakan
gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang
mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya.
Pengajar,
desain pembelajaran, dan peserta didik adalah 3 (tiga) hal yang selalu disebut
saat kita ingin berbicara tentang proses pembelajaran, karena hal tersebut yang
menjadi motor dalam pergerakan sebuah roda pembelajaran.
Menurut
Gagne, Briggs, & Wager (dalam Prawiradilaga, 2007) desain pembelajaran
membantu proses belajar seseorang, dimana proses belajar itu sendiri memiliki
tahapan segera dan jangka panjang. Mereka percaya proses belajar terjadi
karena adanya kondisi-kondisi belajar, internal maupun eksternal. Tapi menurut
Kemp, Morrison, & Ross (dalam Prawiradilaga, 2007) esensi disain
pembelajaran mengacu pada keempat komponen inti, yaitu siswa, tujuan
pembelajaran, metode, dan penilaian.
Penilaian
sudah melakukan terobosan atau inovasi. Terbukti, saat ini paper and
pen bukanlah satu-satunya cara untuk menilai keberhasilan belajar peserta
didik. Asesmen portofolio, autentik, dan lain-lain adalah sedikit dari banyak
inovasi cara menilai keberhasilan peserta didik yang lebih menitikberatkan pada
proses.
Untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran tidak culup hanya dengan
menggunakan penilaian terhadap hasil belajar siswa sebagai produk dari sebuah
proses pembelajaran. Kualitas suatu produk pembelajaran tidak terlepas
dari proses pembelajaran itu sendiri. Evaluasi terhadap program pembelajaran
yang disusun dan dilaksanakan guru sebaiknya menjangkau penilaian
terhadap desain pembelajaran yang meliputi kompetensi yang dikembangkan,
strategi pembelajaran yang dipilih, dan isi program. Implementasi program
pembelajaran atau kualitas pembelajaran. Dan juga hasil program pembelajaran.
Dalam
melakukan penilaian terhadap hasil program pembelajaran tidak hanya sebatas
pada hasil jangka pendek atau output tetapi sebaliknya juga menjangkau outcome
dari program pembelajaran.
Evaluasi
menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi
akan susah sekali mengukur tingkat keberhasilannya. Evaluasi pendidikan
merupakan proses yang sistematis dalam Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai
siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun dari norma kelompok serta
Menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian
tujuan pengajaran yang diharapkan,
Saran kami adalah :
Gunakan
evaluasi sefektif mungkin supaya efektif dan efesian.
Carilah
evaluasi yang menarik bagi anak didik supaya anak didik merasa nyaman dan tidak
terbebani.
Jadikan
evaluasi sebagai alat kontrol untuk kemajuan pendidikan.
Konsep
pendidikan holistik ini bagus sekali, dan tujuan nya mengasah otak kanan siswa.
Tapi apakah dapat dibuat di Indonesia ?Karena terlalu teoritis dan tidak
praktis. Sementara guru sebagai tenaga pendidikan dan subjek di dalam kelas
apakah dapat mengaplikasikannya ? Karena guru bukan produk darr pendidikan
holistik.
Dinas
pendidikan seharusnya konsep ini dimasukan ke dalam sistem pendidikan di
Indonesia agar Indonesia mempunyai manusia-manusia yang kreatif, inovatif, dan
menyenangkan
BAB VIII
SOAL-SOAL DAN KUNCI JAWABAN
1. Bagaimana
pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan ?
Jawab
: Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti
bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan
pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau
tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu
dapat dinyatakan dengan nilai.
2. Apakah
yang dimaksud dengan penilaian sebagai alat seleksi, penempatan, dan diagnostik
?
Jawab
: Fungsi seleksi. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk
keperluan seleksi, yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga
pendidikan/kursus berdasarkan kriteria tertentu. Fungsi
Penempatan. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan
penempatan agar setiap orang (peserta pendidikan) mengikuti pendidikan pada
jenis dan/atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya
masing-masing. Fungsi Diagnostik. Evaluasi diagnostik berfungsi atau
dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta
didik, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar,
dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut.
3. Apakah
fungsi evaluasi bagi guru ?
Jawab
: Dapat mengetahui siswa manakah yang menguasai pelajran dan siswa mana pula
yang belum. Dalam hal ini hendaknya guru memberikan perhatian kepada siswa yang
belum berhasil sehingga pada akhirnya siswa mencapai keberhasilan yang
diharapkan. Dapat mengetahui apakah tujuan dan materi pelajaran yang telah
disampaikan itu dikuasai oleh siswa atau belum. Dapat mengetahui ketepatan metode
yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran tersebut. Bila dari hasil
evaluasi itu tidak berhasil, maka dapat dijadikan bahan remidial. Jadi,
evaluasi dapat dijadikan umpan balik pengajaran.
4. Kapan
penilaian dilakukan ?
Jawab
: Penilaian dilakukan tidak hanya pada akhir suatu program atau menunggu suatu
program semester selesai, tetapi juga di tengah-tengah atau pada saat program
belajar mengajar sedang berlangsung. Penilaian ketika proses belajar mengajar
sedang berlangsung juga diharapkan karena pada saat itu guru masih
berkesempatan menambah sesuatu kekurangan siswa tersebut jika ternyata ada
beberapa bagian yang belum dimengerti siswa. Bagi siswa, penilaian harian atau
mingguan merupakan suatu pemaksaan bagi mereka untuk belajar. Keuntungan
penilaian di tengah-tengah penyampaian materi dapat bermanfaat bagi guru,
siswa, ataupun orangtua. Bagi siswa penilaian ini berguna karena dengan
segera ia mengetahui kekurangan dan kelemahannya.
5. Mengapa
kita mengadakan penilaian ?
Jawab
: Penilaian dilakukan untuk memberikan laporan kemajuan yang telah dicapai
siswa baik untuk siswa sendiri, guru, juga orangtua siswa. Dengan penilaian
ini, kita dapat mendorong siswa belajar lebih baik dan meningkatkan
kemampuannya sehingga dapat berlanjur ke jenjang berikutnya. Selain itu, juga
untuk menghasilkan siswa yang mampu berkomunikasi dengan tepat pada semua
bidang atau tingkat kehidupan dan untuk meyakinkan masyarakat akan program
pengajaran yang baik yang diperlukan sesuai tuntutan masayarakat.
6. Bagaimana
bentuk penilaian ?
Jawab
: Bentuk penilaian yang dapat diberikan kepada siswa tentu saja tidak selalu
harus berupa tes, penilaian tidak semata-mata dengan tes ujian semester atau
kenaikan kelas. Yang terpenting justru penilaian sehari-hari yang merupakan
bagian dari kegiatan belajara mengajar. Untuk mengadakan penilaian seperti itu
guru dapat melakukannya dengan cara yang sederhana dan mudah. Misalnya, dengan
pengamatan yang dikumpulkan setiap harinya. Selain penilaian sperti itu guru
juga mengadakan penilaian untuk penilaian sumatif. Dalam penilaian sumatif yang
selalu dilakukan penilaian diberikan dalam bentuk tes. Biasanya kita mengenal
ada dua macam tes, yaitu tes objektif dan juga tes subjektif. Tes objektif
berbentuk soal-soal pilihan berganda, menjodohkan, dan mengisi. Sedangkan
penilaian bentuk tes subjektif ialah tes essay, mengarang, dan wawancara.
7. Apakah
perbedaan penilaian tes dan nontes ?
Jawab
: Tehnik tes adalah satu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau merangkai tugas yang harus dikerjakan oleh anak didik atau
sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai yang dicapai oleh anak-anak
lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Contohnya melalui ujian
tertulis baik yang bersifat objektif maupun subjektif. Sedangkan penilaian
nontes adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan
dengan tanpa menguji peserta didik. Contohnya skala bertingkat, daftar cocok,
wawancara, daftar angket, pengamatan (observasi), dan riwayat hidup.
8. Alat
penilaian manakah yang paling baik digunakan dalam pelajaran Bahasa Indonesia ?
Jawab
: Pada dasarnya semua alat penilaian itu baik. Namun yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana cara kita untuk menempatkan penilaian tersebut sesuai dengan
tempatnya. Dan penilaian ini tidak dilakukan hanya sekali, namun secara
berualng-ulang, kemudiaan baru dapat di ambil kesimpulan dengan
mengrata-ratakan hasil penilaian tersebut.
9. Bagaimana
cara menerapkan penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik pada anak yang
jumlahnya banyak ?
Jawab
: Cara menerapkan penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik pada anak yang
jumlahnya banyak adalah dengan cara membuat catatan observasi, yaitu catatan
guru tentang sikap-sikap siswa. Baik di dalam kelas maupun di luar kelas
10. Apakah
maksudnya penilaian bahasa Indonesia bersifat utuh, menyeluruh, dan terus
menerus?
Jawab
: Penilaian bahasa Indonesia bersifat utuh, menyeluruh, dan terus menerus
maksudnya adalah penilaian dilakukan tidak hanya sekali namun berulang-ulang
dan tidak dapat diganggu gugat, bersifat objektif. Serta sasarannya tidak hanya
hasil atau siswa tetapi juga proses, guru, dan pembelajaran itu sendiri
0 Response to "Evaluasi Pembelajaran Membaca dan Menulis di Kelas-Kelas Rendah"
Post a Comment